Pulau Bangka adalah sebuah pulau yang terletak di sebelah timur Sumatra,
Indonesia dan termasuk dalam wilayah provinsi Kepulauan Bangka
Belitung. Populasinya pada 2004 berjumlah 789.809 jiwa. Luas pulau
Bangka ialah 11.693.54 km².
Bangka menurut bahasa sehari-hari masyarakat Bangka mengandung arti
"sudah tua" atau "sangat tua", sehingga pulau Bangka dapat diartikan
sebagai "pulau yang sudah tua". Bila merujuk pada kandungan bahan galian
yang terdapat di daerah ini, pulau Bangka banyak mengandung bahan-bahan
galian mineral yang tentunya terjadi dari proses alam yang berlaku
berjuta-juta tahun. Salah satu contohnya adalah bahan galian timah, oleh
karenanya masyarakat menyebutnya dengan sebutan Pulau Bangka.
Kata bangka dapat juga berasal dari kata wangka yang artinya timah.
Karena di daerah ini ditemukan bahan galian timah, maka disebut Pulau
Timah. Karena pergeseran atau bunyi bahasa yang berubah maka masyarakat
lebih lekat memanggil pulau ini dengan kata Pulau Bangka atau pulau
bertimah. Menurut cerita rakyat, Pulau Bangka tidak mempunyai penduduk
asli, semua penduduk adalah pendatang dari suku yang diberi nama suku
sekak. Masyarakatnya masih menganut animisme. Kemudian masuk bangsa
melayu dari daratan malaka dengan membawa agama Islam yang kemudian
berkembang sampai sekarang.
Versi II
OLEH Bangtjik Kamaluddin
Legenda mengisahkan, ada sebuah kapal besar dihantam amukan badai,
akhirnya kandas. Badan kapal yang kandas ini kemudian menjelma menjadi
Pulau Bangka, sedangkan tiang-tiang kapal berubah menjadi gunungnya. Di
kisahkan pula ada sebuah kapal penyelamatnya hanyut ke arah Timur
kemudian kandas, selanjutnya berubah menjadi Pulau Belitung.
Selama ini tidak sedikit diantara kita yang mengetahui sejarah pertama
kalinya ditemukan timah di Pulau Bangka, oleh siapa, dan dijadikan apa
timah itu. Begitu juga dengan daerah yang memiliki keindahan alam dan
panoramanya yang bagus, juga tidak diketahui siapa yang menemukannya
pertama kali. Apalagi tentang nama pulau sebagai daerah penghasil timah
nomor satu di nusantara ini yang sekarang bernama Pulau Bangka.
Tentunya para pembaca setuju bukan, kalau ada yang mau bercerita tentang
itu, meskipun kurang pas atau mungkin salah menceritakannya penulis
berharap penuturan ini dapat dibaca saat senggang, cerita ini dituturkan
apa adanya baik yang pernah dibaca maupun yang pernah didengar saja.
Penulis pernah membaca dan mendengar dari berbagai sumber sebagaimana
yang tertera dalam Peta Tertua, disitu disebutkan nama Banca untuk Pulau
Bangka yang menurut datanya berasal dari peta Portugis pada pertengahan
abad ke 17. Mengenai penamaan baru ini juga diikuti pemeta
berkebangsaan Inggris, yang bernama Herman Moll dan terkenal dengan A
Map of East Indies nya, dicetak untuk keperluan East India Company Tahun
1678 -1732. Sementara pekerjaan yang lebih rinci lagi dilakukan pemeta
berkebangsaan Belanda hal ini dilakukannya dalam upaya merinci peta
wilayah Indonesia untuk kepentingan VOC oleh seorang bernama Franccois
Valentyn yang terkenal dengan Eyland Sumatera diterbitkan di Amsterdam
pada tahun 1724.
Mari sejenak kita simak cerita yang berkembang di masyarakat dalam
berbagai versi cerita dari beragam legenda untuk menyebutkan asal nama
Pulau Bangka, dari sekian banyak versi cerita legenda yang berkembang
hingga saat ini belum diketahui secara pasti mana yang benar. Seperti
halnya versi nama pulau Bangka yang dihimpun Ir. Sutedjo Suyitno yang
dulunya sebagai seorang karyawan dan pejabat pada bagian Eksplorasi dan
Geologi (EG) di Perusahaan Tambang Timah Bangka, saat ini beliau lebih
dikenal sebagai tokoh penulis sejarah Bangka, disamping itu beliau juga
adalah salah seorang yang ikut ambil bagian dalam memperjuangkan
berdirinya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Diceritakan dulu pulau ini pada abad ke 16 dinamakan Chinabara,
Chinapata atau China Batto sekitar pertengahan abad ke 17 tiba-tiba
mendapat nama baru dengan sebutan Banca atau Banka atau Bangka, menurut
selentingan yang tercetus sampai saat ini tidak ada yang dapat menduga
pergantian nama tersebut.
Konon dicerita pada awal abad 19 ada seorang guru yang mengajar di
Inlandsche Scool Mentok bernama H. Idris beliau pernah menulis legenda
tentang penamaan Bangka dalam bahasa Melayu kuno dan tulisan itu
kemudian diterjemahkan oleh EC.Ade Clercg,dalam bukunya Bijdrage Tot de
Geschiedenis Van Het Eiland Banka. Penuturan dari legenda itu hingga
sekarang masih hidup di masyarakat pulau ini, yang merupakan sumbangan
bagi kepentingan sejarah Bangka.
Memang ada beberapa versi cerita dari legenda ini, meskipun berbeda,
pada hakekatnya ada kemiripan antara satu dengan yang lain, menurut
versi yang pernah penulis baca, ada legenda versi Panji, versi Mentok,
versi Balar dan versi Paku.
Kalau menurut legenda versi Panji begini ceritanya, dari kepercayaan
penduduk desa Panji di Belinyu dan orang Sekak menuturkan, ada seorang
anak raja Bugis bernama Seri Gading diusir oleh orang tuanya bernama
Raja Tumpu Awang, karena berbuat serong. Diisyaratkan padanya baru
diperbolehkan kembali bila sudah mendapatkan seorang isteri yang baik.
Alkisah menceritakan maka berlayarlah Seri Gading dengan kapal besar
yang dilengkapi awak kapal bersenjata lengkap, mereka menuju ke Jawa dan
sekitar wilayah Melayu.
Selama menetap di Johor, Seri Gading mendapatkan jodoh dan mempersunting
seorang putri keturunan Cina, kemudian ternyata menjadi seorang isteri
yang baik. Karena sudah memenuhi persyaratan yang dikehendaki orang
tuanya bertolaklah Seri Gading kembali ke negeri asalnya. Malang tak
dapat dicegah dalam pelayaran pulang kapalnya dihamuk badai dan
terdampar di sebuah pulau yang bergunung tinggi.
Singkat cerita Seri Gading bersama sisa-sisa awak kapalnya menemukan
sebuah pondok, dibawah serumpun bambu tak jauh dari halaman pondok itu
diketemukan dua sosok mayat atau bangkai laki-laki dan perempuan. Pulau
yang asing baginya itu kemudian dinamakannya Bangkai, lama-kelamaan
berubah menjadi Bangka.
Ada penuturan lain dari versi ini, bahwa pulau asing tersebut dinamakan
Bangka, berasal dari nama jenis kayu yang dipergunakan untuk membuat
kapal tersebut, jenis kayu Bangka yang kemudian menjelma menjadi Pulau
Bangka.
Sementara itu kalau menurut legenda versi Mentok menceritakan, pada
zaman dahulu kala ada sebuah kapal besar dari Negeri Johor yang
ditumpangi beberapa penumpang laki-laki dan perempuan. Nakhoda kapal
besar itu bernama Ragam atau Ranggam. Kapal itu mengalami amukan badai
dan akhirnya kandas. Badan kapal yang kandas ini kemudian menjelma
menjadi Pulau Bangka, sedangkan tiang-tiang kapal yang tinggi berubah
menjadi gunungnya. Lebih lanjut diceritakan juga ada sebuah perahu
penyelamatnya hanyut ke Timur, kemudian kandas berubah dan menjelma
menjadi Pulau Belitung. Kalau legenda versi Balar, penduduk desa Balar
wilayah Sungaiselan (sekarang ibu kota kecamatan di Kabupaten Bangka
Tengah) menuturkan , pulau ini berasal dari sebuah kayu besar dari jenis
kayu Bangka yang hanyut dari Bugis.
Sedangkan legenda versi Paku, yang dituturkan penduduk Paku daerah
Payung (sekarang ibu kota kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan), nama
Bangka berasal dari kata Bangkai yakni bangkai dari seorang berbadan
besar mirip raksasa yang terdampar di pulau ini.Legenda dari berbagai
versi ini setidaknya dapat dijadikan sebuah cerita yang menarik bagi
anak cucu, apalagi diceritakan kepada anak atau cucu menjelang tidur
yang tentunya akan berkembang dengan sendirinya bila nanti ditanyakan
kenapa dan mengapa bisa begitu dan begini.
Sepanjang yang pernah penulis ketahui dan baca, secara ilmiah dari
sekian banyak para pengamat dan penelti cenderung berpendapat nama
Bangka berasal dari bahasa Sansekerta, Vanka yang berarti Timah secara
keseluruhan baik itu Timah Hitam maupun Timah Putih. Dari sisi lain hal
ini juga memperkuat dugaan kalau sebenarnya timah di Pulau Bangka telah
diketemukan sejak masa lampau, ketika wilayah ini masih dibawah pengaruh
Hindu atau di awal pemerintahan kerajaan Sriwijaya.
Seandainya memang nama Bangka itu berasal dari kata Bangkai, yang
menurut ceritanya di pulau gersang ini kerap diketemukan bangkai dari
para nelayan ataupun pelaut yang terdampar kemudian mati kelaparan. Atau
dimungkin juga kata bangkai itu berasal dari banyaknya bangkai kapal
besar yang kandas atau pecah menghantam karang yang banyak tersebar
disekitar pulau ini, seperti yang dialami Seri Gading dan awak kapalnya,
terserah anda menterjemahkan maknanya.
Beginilah cerita dari legenda yang ada bertutur, setidaknya bagi kita
orang Bangka harus tahu dan bisa menceritakannya kepada orang lain,
kerabat, sanak keluarga yang belum mengetahuinya, sebagai contoh ada
anak bertanya pada bapaknya, pak guru bercerita di sekolah kalau nama
Bangka berasal dari kata Bangkai apa benar? Kalau bapak yang bijak dan
tahu akan menuturkan begini loh ceritanya, siapa takut.
Versi III
Asal Usul Nama Pulau Bangka memiliki beberapa versi. Temuan arkeologi
yang terkenal adalah prasasti kota kapur yang menggunakan huruf pallawa
dalam bahasa Melayu Kuno. Prasasti-prasasti kota kapur ini menunjukan
pengaruh kerajaan sriwijaya atas pulau bangka kala itu, diperkirakan
antara abad ke-6 Masehi dan abad ke-7 Masehi. Prasasti itu dibuat masa
pemerintahan Dapunta Hyang, penguasa kerajaan Sriwijaya. Artifak ini
ditemukan oleh seorang Belanda bernama J.K. van der Meulen di tahun 1892
di daerah kabupaten Bangka, kecamatan Mendo Barat. Kemudian
artifak-artifak tersebut dianalisa oleh H. Kern, seorang ahli Epigrafi,
dimana ia menganggap bahwa sriwijaya adalah nama seorang raja, karena
“sri” mengindikasikan seorang raja. Hingga akhirnya George Cœdès
(1886-1969), seorang sejarahwan dan arkeolog Perancis menyatakan bahwa
Sriwijaya adalah sebuah Kerajaan. Prasasti ini dipahatkan pada sebuah
batu yang berbentuk tugu bersegi-segi dengan ukuran tinggi 177 cm, lebar
32 cm pada bagian dasar, dan 19 cm pada bagian puncak. Isinya berupa
“low enforcement” bagi orang-orang pulau Bangka, yakni semua orang yang
melawan atau memberontak terhadap Sriwijaya akan dihukum dan dikutuk. Di
dalam salah satu prasasti tersebut tertulis “ VANKA “ dalam huruf
pallawa, yang diartikan TIMAH.
Asal Usul Versi berikutnya adalah Nama Pulau Bangka berasal dari kata
bangkai. Mengapa demikian? Hal ini berkaitan dengan banyaknya bangkai
kapal yang kandas di pesisir Bangka. Sehingga akhirnya disebut Pulau
Bangkai yang berubah menjadi Pulau Bangka. Adapula mitos adanya seorang
raksasa besar yang mati terdampar dan bangkai si raksasa itu akhirnya
menjadi pulau bangka. Versi lain, diantaranya ada yang mengatakan bahwa
Pulau Bangka itu berasal dari jenis batang kayu namanya “ kayu bangka ”
yang banyak dibuat menjadi bandan kapal.
Selanjutnya versi yang mengatakan bahwa Nama Pulau Bangka berasal dari
orang-orang Tionghoa yang menyebutnya “BANGKA” yang artinya timah. Hal
ini didukung dengan fakta-fakta sejarah dimana orang-orang Tionghoa
dominan menjadi penambang timah jauh sebelum Belanda dan Inggris. Bahkan
jumlah orang Tionghoa yang datang itu tercatat pernah hingga melebihi
jumlah pribumi yang ada. Bagi orang Tionghoa, timah adalah alat yang
penting untuk membuat kertas sembahyang dan perkakas, disamping mereka
perdagangkan timah batangan dengan orang-orang Eropa. Hingga kini,
keturunan orang Tionghoa tersebut masih mendiami Pulau bangka sebagai
tanah air mereka. 90%-nya adalah Tionghoa suku Hakka (khek), mereka
berbahasa Melayu bangka dan Thong Boi, Bahasa suku Hakka (khek), dan
menjadikan “Urang Bangka“ atau “Bangka Ngin” sebagai identitas mereka
sehari-hari.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar