Buang Jong merupakan salah satu upacara tradisional yang secara
turun-temurun dilakukan oleh masyarakat suku Sawang di Pulau Belitung.
Suku Sawang adalah suku pelaut yang dulunya, selama ratusan tahun,
menetap di lautan. Baru pada tahun 1985 suku Sawang menetap di daratan,
dan hanya melaut jika ingin mencari hasil laut.
Buang Jong dapat berarti membuang atau melepaskan perahu kecil (Jong) yang di dalamnya berisi sesajian dan ancak (replika kerangka rumah-rumahan yang melambangkan tempat tinggal). Tradisi Buang Jong biasanya dilakukan menjelang angin musim barat berhembus, yakni antara bulan Agustus-November.
Pada bulan-bulan tersebut, angin dan ombak laut sangat ganas dan
mengerikan. Gejala alam ini seakan mengingatkan masyarakat suku Sawang
bahwa sudah waktunya untuk mengadakan persembahan kepada penguasa laut
melalui upacara Buang Jong. Upacara ini sendiri bertujuan untuk
memohon perlindungan agar terhindar dari bencana yang mungkin dapat
menimpa mereka selama mengarungi lautan untuk menangkap ikan.
Keseluruhan proses ritual Buang Jong dapat memakan waktu hingga
dua hari dua malam. Upacara ini sendiri diakhiri dengan melarung
miniatur kapal bersama berbagai macam sesaji ke laut. Pascapelarungan,
masyarakat suku Sawang dilarang untuk mengarungi lautan hingga tiga hari
ke depan.
Keistimewaan
Buang Jong dimulai dengan menggelar Berasik, yakni prosesi
menghubungi atau mengundang mahkluk halus melalui pembacaan doa, yang
dipimpin oleh pemuka adat suku Sawang. Pada saat
prosesi Berasik berlangsung, akan tampak gejala perubahan alam, seperti
angin yang bertiup kencang ataupun gelombang laut yang tiba-tiba begitu
deras.
Usai ritual Berasik, upacara Buang Jong dilanjutkan dengan Tarian Ancak
yang dilakukan di hutan. Pada tarian ini, seorang pemuda akan
menggoyang-goyangkan replika kerangka rumah yang telah dihiasi dengan
daun kelapa, ke empat arah mata angin. Tarian yang diiringi dengan suara
gendang berpadu gong ini, dimaksudkan untuk mengundang para roh halus,
terutama roh para penguasa lautan, untuk ikut bergabung dalam ritual Buang Jong. Tarian Ancak berakhir ketika si penari kesurupan dan memanjat tiang tinggi yang disebut jitun.
Selain Tarian Ancak, Tari Sambang Tali juga dijadikan salah satu rangkaian acara dalam upacaraBuang Jong.
Tarian yang dimainkan oleh sekelompok pria ini, diambil dari nama
burung yang biasa menunjukkan lokasi tempat banyaknya ikan buruan bagi
para nelayan di laut. Ketika nelayan hilang arah, burung ini pula yang
menunjukkan jalan pulang menuju daratan.
Upacara Buang Jong kemudian dilanjutkan dengan ritual Numbak Duyung, yakni mengikatkan tali pada sebuah pangkal tombak, seraya dibacakan mantra. Mata
tombak yang sudah dimantrai ini sangat tajam, hingga konon dapat
digunakan untuk membunuh ikan duyung. Karena itu pula ritual ini disebut
dengan Numbak Duyung. Ritual kemudian dilanjutkan dengan memancing ikan
di laut. Konon, jika ikan yang didapat banyak, maka orang yang mendapat
ikan tersebut tidak diperbolehkan untuk mencuci tangan di laut.
Setelah itu, Buang Jong dilanjutkan dengan acara jual-beli jong. Pada
acara ini, orang darat (penduduk sekitar perkampungan suku Sawang)
turut dilibatkan. Karena, jual beli di sini tidak dilakukan dengan
menggunakan uang, namun lebih kepada pertukaran barang antara orang
darat dengan orang laut. Pada acara ini, dapat terlihat bagaimana orang
darat dan orang laut saling mendukung dan menjalin kerukunan. Dengan
perantara dukun, orang darat meminta agar orang laut mendapat banyak
rejeki, sementara orang laut meminta agar tidak dimusuhi saat berada di
darat. Acara ini kemudian dilanjutkan dengan Beluncong, yakni menyanyikan lagu-lagu khas suku Sawang dengan bantuan alat musik sederhana. Usai Beluncong, acara disambung dengan Nyalui, yaitu mengenang arwah orang-orang yang sudah meninggal melalui nyanyian.
Lokasi
Upacara Buang Jong biasanya diadakan di kawasan pantaiyang dekat dengan perkampungan suku Sawang. Salah satunya di Tanjung Pendam, Kecamatan Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka Belitung, Indonesia.
Akses
Bagi pengunjung yang berasal dari luar Kabupaten Belitung, sangatlah
mudah untuk menuju ke Tanjung Pendam, salah satu lokasi diadakannya
Upacara Buang Jong. Karena, Bandar Udara H. A. S. Hanandjoeddin berada di Tanjung Pandan. Dari bandara, pengunjung dapat menyewa motor ataupun mobil yang banyak ditawarkan di sekitar bandara.
Harga Tiket
Pengunjung yang ingin melihat langsung upacara Buang Jong, tidak dikenakan biaya apapun.
Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Pengunjung yang ingin melihat keseluruhan rangkaian Upacara Buang Jong
tidak perlu khawatir untuk mencari penginapan. Di sekitar Kecamatan
Tanjung Pandan telah berdiri beberapa hotel.Selain itu, pengunjung juga akan dengan mudah menemui beberapa bank pemerintah dan mesinATM, jika kehabisan uang selama di Tanjung Pandan. Untuk kemudahan komunikasi, beberapaoperator selular nasional telah membuka jaringan di sana.
Catatan : Tradisi ini juga dilakukan di wilayah Kabupaten Bangka
Selatan, oleh nelayan asal belitung (suku sawang) yang menetap di
pesisir Pulau Bangka bagian selatan
Tidak ada komentar :
Posting Komentar