Siapa
bilang Bangka Belitung hanya menawarkan wisata pantainya yang cantik
nan eksotik? Selain wisata pantai dengan batuan granitnya yang
spektakular itu, Anda sebenarnya dapat juga menikmati suguhan wisata
sejarah di kota tua Muntok. Kota Muntok adalah ibu kota Kabupaten Bangka
Barat dan secara administratif berada di sebelah Barat Pulau Bangka,
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Dahulu Muntok atau disebut juga Mentok
adalah kota pelabuhan yang penting. Melalui kota inilah komoditas
unggulan berupa lada putih serta biji timah yang ditambang besar-besaran
di Muntok dan sekitarnya diangkut oleh kapal-kapal Pemerintah Hindia
Belanda menuju Eropa.
Mengingat pentingnya peran kota ini di
masa kolonial, tak heran banyak ditemukan bangunan tua sebagai saksi
peninggalan Hindia Belanda yang masih kokoh berdiri. Selain bangunan
bernuansa kolonial, di kota tua ini juga terdapat bangunan kuno
bernuansa China dan Melayu. Keberadaan bangunan-bangunan tersebut seolah
menjadi saksi bisu perjalanan sejarah kota tua ini sekaligus menjadi
keunikannya. Berdasarkan sisa peninggalan bangunan sejarahnya, Muntok
secara umum dibagi menjadi 3 kawasan, yaitu: Kampung Melayu, Eropa, dan
China.
Tidak hanya itu, di Kota Muntok juga
terdapat dua gedung tua yang terkenal perannya dalam sejarah perjuangan
bangsa, yaitu Pesanggrahan Menumbing dan Wisma Ranggam. Kedua bangunan
tersebut pernah menjadi tempat pengasingan Bung Karno dan Bung Hatta
saat dibuang Belanda tahun 1948-1949. Selain kedua tokoh tersebut,
sejumlah tokoh penting lainnya juga pernah menempati dua bangunan
bersejarah itu.
Untuk info lebih lengkap mengenai 3
kawasan Muntok (Kampung Melayu, Eropa, dan China), Pesanggrahan
Menumbing, Wisma Ranggam dan potensi wisata sejarah Muntok lainnya, baca
di bagian Kegiatan.
Berwisata
sejarah di kota tua Muntok dijamin tidak akan membosankan. Terdapat
begitu banyak bangunan tua peninggalan sejarah yang dapat dikunjungi
dengan beragam gaya arsitektur. Selain menikmati keunikan bangunan,
mengenal sejarah yang disaksikan atau yang diwakili oleh
bangunan-bangunan tersebut juga tak kalah menariknya. Terlebih lagi,
kota tua Muntok tidak hanya menyimpan bangunan tua bergaya kolonial
sebagaimana kota tua lainnya tetapi juga bangunan-bangunan tua bergaya
arsitektur khas Melayu dan China, serta suku asli yang mendiami Muntok.
Secara umum, Kota Muntok dibagi dalam 3 cluster, yaitu: Kampung Melayu, Eropa dan China. Kampung Melayu
dibagi dalam 3 sub cluster, yaitu Kampung Tanjung (disebelah Barat),
Kampung Teluk Rubia (Timur) dan Kampung Ulu (Utara). Pemukiman tertua
dapat dilihat di Kampung Tanjung dimana masih terdapat rumah panggung
khas suku Melayu. Selain itu, bangunan tua lainnya yang ada di kawasan
ini adalah Masjid Jamik, Benteng Kute Seribu, Kompleks Makam Bangsawan
Melayu, dan Surau Tanjung.
Kampung Eropa berada
di pusat kota dan sebelah utara dari cluster Melayu. Disebut sebagai
kampung Eropa sebab dulunya di daerah ini berdiri perusahaan timah yang
dibangun oleh Belanda, yaitu Banka Tin Winning Bedrif. Seiring
berjalannya perusahaan tersebut, tentunya banyak didirikan
bangunan-bangunan bergaya Eropa (Belanda) sebagai bangunan pendukung
maupun hunian karyawan timah. Kantor Banka Tin Winning Bedrif yang
dulunya merupakan kantor pusat perusahaan timah adalah salah satu yang
paling popular. Bangunan tua lainnya adalah kompleks rumah residen
dengan Taman Wilhemina-nya, perumahan karyawan timah Belanda, kantor
pos, dan Pesanggerahan Muntok.
Kampung China. Sesuai
namanya, di kawasan yang berada di bagian paling Barat ini memang
banyak ditemui bangunan-bangunan bergaya arsitektur China. Ciri
arsitektur China tidak hanya dapat dilihat pada vihara tetapi juga pada
rumah-rumah pemukiman, toko dan juga kios di pasar.
Beberapa bangunan tua yang membuat
kawasan ini bernama Kampung China adalah Pelabuhan Muntok, Petak 15,
Bangunan Kuning, Rumah Mayor China, Pasar Lama, kelenteng, rumah
kapitan, eks Bioskop Samudera, eks pabrik limun, eks Sekolah Dasar
China/Chung Hua School, dan eks Hotel Sentrum.
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, ada dua bangunan bersejarah lain yang sangat popular di Muntok, yaitu Wisma Ranggam dan Pesanggrahan Menumbing.
Kedua bangunan tersebut dinilai bersejarah sebab di sanalah tokoh
proklamator Indonesia pernah menetap saat hidup dalam pengasingan oleh
Belanda pada 1948-1949.
Wisma Ranggam atau
Pesanggrahan Muntok adalah tempat pengasingan bagi Presiden Soekarno dan
tiga tokoh pejuang lain antara tahun 1948-1949. Tiga tokoh lainya
adalah Agus Salim, Ali Sastro Amidjojo dan M Roem. Bung Karno menempati
kamar berukuran 5,5x4 meter di bangunan tua hasil rancangan Y Lokalo
tahun 1827. Awalnya pesanggrahan ini dibangun oleh Bangka Tien Winning
sebagai tempat peristirahatan karyawan perusahaan timah milik Belanda
tersebut. Wisma ini bagaimana pun juga memiliki peran bagi sejarah
perjuangan Indonesia karena ia juga menjadi tempat pertemuan tokoh
kemerdekaan.
Sejak 22 Desember 1948 hingga Juli 1949, Bung Hatta pun diasingkan oleh Belanda ke Bangka. Bung Hatta kala itu ditempatkan di Pesanggrahan Menumbing,
jaraknya sekira 10 km dari Muntok. Selain Bung Hatta, tokoh lain yang
menempati bangunan yang berada di Bukit Menumbing berketinggian 800 m
dpl itu adalah AG Pringgodidgo, Mr Assa'at, dan Komodor Suryadarma.
Untuk mencapainya harus melintasi
hutan perawan sejauh 5 km dengan kondisi jalan yang sempit dan berkelok.
Setibanya di sana, dapat dilihat langsung kamar yang pernah di tempati
Bung Hatta yang dibiarkan kosong hingga kini serta sebuah mobil
bersejarah Ford Deluxe 8 dengan plat nomor BN 10.
Pasca renovasi, bangunan bersejarah
ini kini lebih siap menerima kunjungan wisatawan. Akses menuju puncak
Bukit Menumbing pun sudah diaspal dan diperlebar demi kemudahan
transportasi. Bahkan di tempat ini dibuka penginapan (hotel) bernama
Jati Menumbing.
Mercusuar Tanjung Kelian yang dibangun tahun 1862 adalah peninggalan bersejarah yang lain yang dapat dikunjungi. Berada tak jauh Pantai Tanjung Kelian,
mercusuar ini menjadi tempat yang menarik untuk melihat pemandangan
pantai dan Kota Muntok dari atas. Berjarak sekira 9 km dari pusat Kota
Muntok, mercusuar ini memiliki anak tangga batu melingkar berjumlah 117
buah. Bangkai kapal sisa Perang Dunia II milik Belanda yang sudah
ditarik ke garis tepi pantai juga dapat dilihat di kawasan ini.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar