Perjalanan tarsius watching di kawasan sekitar Tarsius Sanctuary di Batu
Mentas, Badau, Belitung, dimulai sekitar pukul 20.00 waktu setempat.
Tarsius termasuk hewan nokturnal yang hanya beraktifitas di malam hari.
Kebun lada adalah area pertama yang dijelajahi.
Tarsius suka bertengger di sini karena batang lada relatif kecil dan
berdaun rimbun. Berbeda dengan saudaranya di Bitung, Sulut, tarsius
Belitung hidupnya di bawah kanopi daun.
Dari situ kami melanjutkan ke hutan sekunder, bekas ladang-ladang lada
yang telah ditinggalkan dan pepohonan baru mulai tumbuh. Ini juga
disukai oleh tarsius.
Tapi kami belum melihat pantulan warna merah dari mata tarsius di bawah
dedaunan pohon-pohon. Di sini harus hati-hati karena banyak perangkap
para pemburu. Selama perjalanan, kami menemukan beberapa perangkap yang
masih kosong.
Memasuki hutan primer yang berada di belakang ladang lada, kami
siap-siap untuk lebih awas karena pepohonan semakin rapat dan cukup
sulit menemukan hewan yang hanya berukuran 15 cm itu. Sekilas ada
pantulan berwarna merah dari salah satu batang pohon, kami kejar, tapi
kemudian menghilang.
Pemandu kami adalah warga setempat yang telah dibina dan dilatih oleh
Kelompok Pecinta Lingkungan Belitung (KPLB), meminta kami untuk
mengendus bau pesing air seni yang bisa menjadi pertanda keberadaan
peli'lean. Samar-samar tercium bau namun ketika didekati bau itupun
menghilang.
Ketika kami akan kembali ke Tarsius Sanctuary, pantulan cahaya merah itu
terlihat dari salah satu pohon di antara hutan dan bekas ladang. Tapi
hanya sebentar saja sehingga tak sempat untuk mengabadikannya. Trekking
tarsius watching berakhir pukul 24.00 malam itu.
Tarsius Sanctuary merupakan tempat konservasi tarsius bancanus saltator
atau peli'lean. Sebuah sangkar sengaja dibangun dan disiapkan oleh
pengelola, KPLB, bagi pengunjung yang tidak ingin ikut dalam aktivitas
tarisius watching untuk melihat sepasang tarsius di dalamnya.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar