Kamis, 08 Mei 2014

Museum Timah : Menelusuri Jejak Timah di Pulau Bangka Belitung

Wisata sejarah dan edukasi, inilah yang bisa Anda dapatkan saat mengunjungi Museum Timah di Pangkalpinang, Bangka Belitung. Museum Yang dulunya rumah dinas Hoofdt Administrateur Banka Tin Winning (BTW) tersebut beralamat di Jalan Ahmad Yani No. 179, Pangkalpinang. Didirikan tahun 1958, Museum Timah Indonesia adalah satu-satunya museum timah di Indonesia dan bahkan di Asia  dimana kini dikelola PT. Tambang Timah (Persero) Tbk.

Penambangan timah sendiri berkembang pesat di Bangka sejak 1858 dimana  banyak ditemukannya benda-benda tradisional penambang zaman dahulu. Inilah yang mengawali pembangunan Museum Timah dan yang tentu saja keberadaannya untuk “mendokumentasikan” sejarah penambangan timah di Bangka Belitung yang sempat sangat berjaya di masa silam dan sebagai sarana edukasi bagi masyarakat luas.

Meski telah ada sejak tahun 50-an, Museum Timah baru diresmikan pada 2 Agustus 1997. Selain menyimpan catatan perjalanan panjang sejarah pertimahan, gedung ini juga memiliki nilai sejarah yang penting bagi kemerdekaan RI. Gedung tersebut pernah menjadi lokasi perundingan Komisi Tiga Negara sehingga lahirlah Roem-Royen Statement pada 7 Mei 1949 yang berujung pada penyerahan kedaulatan Republik Indonesia pada Desember 1949.

Bangka dan timah memang tak terpisahkan. Nama Bangka sendiri berasal dari wangka yang artinya timah. Bagaimana tidak, timah di pulau ini dulunya sangat melimpah dan berharga tinggi. Seiring waktu bergulir, potensi timah yang terus-menerus dieksploitasi dari zaman Kesultanan Palembang kemudian Hindia Belanda hingga pasca kemerdekaan kian menipis. Kondisi ini pun diperparah dengan harga timah yang jatuh. Kini, timah dan usaha penambangan timah hanyalah sejarah yang boleh dikenang.
Setiap pengunjung yang masuk ke Museum Timah tidak dipungut biaya atau gratis. Museum ini buka setiap hari dari Senin-Jumat pukul 08.00 hingga 16.00 WIB dan Minggu pukul 09.00 -14.30 WIB.

Pengunjung museum ini kian meningkat dan untuk itu pada 2010 dilakukan rehabilitasi dan renovasi terhadap gedungnya. Tata letak koleksi museum juga ditata lagi dan ditambah beberapa materi koleksi  baru. Dengan begitu alur sejarah pertambangan di Bangka menjadi semakin jelas dan lebih teratur.

Saat memasuki halaman museum, tampak sebuah lokomotif pengangkut timah menyambut Anda. Di dalam museum, pengunjung dapat mengetahui sejarah penambangan timah di Bangka yang dimulai sejak abad ke-17 pada masa Kesultanan Palembang. Selain itu, sejarah penambangan timah pada zaman kolonial Belanda juga terpampang di museum ini hingga akhirnya setelah Indonesia merdeka, tambang-tambang timah milik pihak swasta Hindia Belanda diubah statusnya menjadi milik Pemerintah Indonesia.

Selain menampilkan sejarah pertambangan timah, museum ini menyimpan berbagai peralatan yang digunakan untuk praktek penambangan timah, mulai dari yang sangat tradisional hingga yang agak modern pada zamannya. Alat yang digunakan pada masa itu sangatlah sederhana, yaitu dengan menggunakan alat bor tusuk (berupa tongkat yang terbuat dari tembaga) disebut ciam atau chinese stick yang berfungsi mengangkat contoh lapisan tanah.

Beberapa benda lain yang dipajang di museum diantaranya adalah centong air dari kayu yang digunakan untuk menciduk air dan biji timah pada tahun 1800-an. Terdapat pula sebuah alat yang terbuat dari kayu dan batu bernama belincong untuk menambang timah. Stempel balok timah milik Mijnbow Maatschappij Biliton (GMB) adalah peninggalan masa Hindia Belanda yang  fungsinya memberi merek pada balok timah produksi produksi GMB.

Sample timah hasil galian termasuk juga batuan lainnya yang tergali saat proses penambangan, seperti misalnya kristal kuarsa juga dapat dilihat di museum ini. Sejumlah foto dokumentasi aktivitas penambangan timah juga dipajang di museum. Dari foto tersebut terlihat bahwa pada zaman dulu timah ditambang secara manual menggunakan tenaga manusia. Kuli timah bahkan didatangkan khusus dari dataran China karena mereka terkenal sebagai penambang ulung.

Untuk menuju museum ini, Anda dapat menyewa mobil atau motor. Biasanya sewa mobil sudah dengan supir dengan tarif mulai dari Rp350.000,- per hari. Anda dapat pula naik ojek dengan tarif yang dapat dinegosiasikan

Tidak ada komentar :

Posting Komentar