Kamis, 08 Mei 2014

Gambus: Denting Nada Melayu yang Merdu

Selain sumber daya alam yang melimpah berupa timah, pasir kuarsa, dan kaolin, Bangka Belitung juga dikenal dengan budaya Melayu yang kental. Salah satu ciri budaya Melayu tersebut dapat dilacak dari alat musik tradisionalnya, yaitu gambus (dambus).

Orkes gambus adalah istilah yang kerap digunakan untuk menyebut pertunjukkan musik yang mengandalkan alat musik yang satu ini. Orkes gambus, menurut sejarah, adalah kesenian rakyat yang berasal dari Timur Tengah kemudian disebarluaskan para pedagang Timur Tengah ke beberapa tempat di Tanah Air. Alat musik ini memang tidak hanya popular dan menjadi alat musik khas di Bangka Belitung tapi juga di beberapa daerah lain di Indonesia, misalnya di Jambidan Jakarta.

Gambus mirip alat musik petik gitar, hanya saja suara yang dihasilkan jauh berbeda dan lebih nyaring. Perbedaan mencolok pada alat musik khas Melayu ini dapat dilihat dari bentuk badannya yang sedikit lebih bulat dan pada jumlah tali senar sehingga membuat susunan nadanya pun berbeda. Tali senar gambus yang menjadi alat musik tradisional Bangka Belitung pada awalnya hanya berjumlah 3 buah dan tanpa grip (petak nada), sedangkan gitar pada umumnya berjumlah enam buah.  Akan tetapi kini, beberapa gambus sengaja dibuat memiliki lebih dari 3 senar dan dibuatkan grip (petak nada).

Penambahan jumlah senar tersebut membuat gambus bisa mengiringi lebih banyak lagu atau tarian daerah setempat. Gambus memang biasanya dipetik sebagai pengiring acara-acara adat seperti pesta pernikahan, pagelaran seni, pengiring tarian tradisional, lagu daerah (Melayu), dan lainnya. Kadang-kadang, dilantunkan pula mantera-mantera saat gambus dimainkan sehingga menambah kesan sakral dalam sebuah permainan gambus. Gambus biasanya diiringi alat musik pengiring lainnya, seperti gendang, biola, rebana, dan gong untuk menghasilkan nada yang lebih variatif.

Gambus terbuat dari kayu pilihan, yaitu kayu cempedak atau kayu kenanga hutan. Alasan menggunakan kayu tersebut adalah karena dipercaya dapat menghasilkan kualitas suara yang lebih nyaring dan merdu. Pokok kayu yang dipilih tidak boleh terlalu tua atau muda. Kayu yang terpilih dan berkualitas baik akan lebih mudah dibentuk dan  dihaluskan serta menghasilkan suara yang prima.

Proses pembuatan gambus terbilang rumit karena memakan waktu cukup lama serta membutuhkan ketelitian dan kesabaran. Secara keseluruhan, gambus terdiri dari beberapa bagian yaitu, perut, lubang resonansi, leher, kepala rusa, pemutar senar, setang tempat menekan nada, kam, dan lubang senar. Untuk membuatnya pertama-tama, kayu dibentuk sesuai bentuk gambus yang sudah baku menggunakan pahat dan palu. Bagian badan  berbentuk seperti buah labu yang dibelah. Kemudian, badan ini dilubangi sedemikian rupa (tebal dindingnya kira-kira  1-2 cm) hingga kosong dan berfungsi sebagai ruang resonansi.

Setelah badan terbentuk dan dihaluskan dengan pisau raut maka senar pun dipasang. Selanjutnya, lubang resonansi yang tadi dibentuk, ditutup dengan kulit binatang seperti dari kulit kera, ular, kambing, rusa, kijang, kancil, bahkan ada pula yang memakai triplek. Lubang resonansi inilah yang berfungsi menghasilkan suara berdenting dan berdengung saat senar dipetik.

Pada ujung penggulung senar biasanya ditambahkan ornamen kepala rusa atau kijang untuk menambah nilai seni dan estetis sebuah gambus. Hal itu juga berkaitan dengan fakta bahwa kepala rusa atau kijang adalah maskot Kota Pangkalpinang (Bangka Belitung).

Menyetel tali senar sesuai dengan nada-nada yang diinginkan adalah langkah selanjutnya. Untuk menambah keindahan bentuk dan tampilannya, gambus kemudian dicat sesuai selera. Biasanya cat yang sering dipakai adalah warna coklat atau untuk mempertahankan keaslinan warna alami kayu, gambus hanya dipernis saja sesuai dengan warna kayunya.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar